Malam terasa sunyi
Tak seperti bulan
Taburan bintang setia menemaninya
Deru angin merayu hati yang beku
Mengenang muara kasih
Memahat rindu di kalbu dalam goresan luka
Memeluk bayangmu yang perlahan pudar
Berjalan menjauh lalu sirna
Rasa nyeri mulai menyeruak
Aroma robusta berjalan menggelitik
Mengaduk angan menyayat kalbu
Menyeruput rasa yang tak pantas
Melodi kisah secangkir kopi yang kandas
Meninggalkan dua jiwa yang tak selaras
Kesunyian semakin menjeratku
Menggembok dan memojokkan
Terusik rindu yang penuh akan lara
Sendirian…
Di sudut ruang favorit dua insan yang kini saling berjauhan
Mengaduk kembali kopi pahit tanpa gula
Bak kisah pahit si penikmatnya
Malam seakan menyuratkan dirimu
Surat dari Tuhan alam semesta
Malam…
Suara pelan terasa nyaring
Nyanyian nyamuk bak mengenakan toa
Begitu pula gemuruh di hati
Setia membisikkan asma yang sama
Nyaring berulang dan menggema
Dimanapun hati bersemayam
Anganku selalu diuntit bayangmu
Tidakkah kau merasa lelah?
Kusadari…
Memang aku yang keliru
Mencarimu dalam raga insan-Nya yang lain
Terniatkan harap untuk melupakan
Namun harap itu tak kunjung qabul
Rintikan rindu yang timbul dalam hati yang lara
Terusik rindu kurasakan detik demi detik
Detak jarum jam yang menyisakan kenangan
Seperti cinta seorang Bandung Bondowoso
Mengutuk orang yang dikasihi
Kuharap…
Senyum itu tak luruh di telan waktu
Tak usah kau tengok peluh mataku
Biar aku terluka dan tak lagi buta
Kehilangan memang melahirkan tangis
Kekecewaan menghilangkan percaya
Dan kerinduan melahirkan rasa yang tak bertuan.
Klaten, 1 September 2021
Nama : Yuliana Dwi Astuti
Instagram : @yulianadwi.ast
Twitter : @Yulianadwi_ast
Alamat : Candi, Rejoso, Jogonalan, Klaten
Mahasiswa/Pelajar : Mahasiswa IAIN Surakarta jurusan pendidikan bahasa inggris.
Pict by https://picography.co/woman-smile-face/