TAHAJJUD CINTA SANG QORIAH
Oleh : Almira Siwa
Langit memutih, hujan dan guruh mengiringi, seskali halilintar menggelar seperti ingin meruntuhkan bumi. Hari yang sudah pukul 10.00 WIB belum menunjukkan tanda-tanda akan berhentinya hujan apalagi suasana yang cerah. Walaupun begitu keaadaan ini tidak separah galaunya Salsabila, ia akan mewakili Propinsi Sumatera Utara ke MTQ TK Nasional, Banda Aceh. Sebuah kota yang akan membawanya pada kenangan masa lalu.
“Disetiap sholat aku bermohon agar engkaulah pendamping hidupku selamanya,” janji Andi Yuda Priyatma.
“Andi! jangan terlalu berjanji padaku, nanti akan sangat sakit jika kau tidak mampu memenuhi janjimu,” sela Salsabila.
“ Aku tak akan pernah menyakitimu, gadisku yang lembut, aku ingin bersamamu, tidak akan ada yang dapat menghalangnya, kecuali kematian yang memisahkan kita,” bela Andi.
“Apakah orang tuamu dapat menerimaku Andi, jika tidak apa yang akan kau lakukan, apakah kau akan tetap bertahan untuk cintamu ataukah kau akan melupakan cintamu demi orang tuamu,” kejar Salsabila ingin tahu.
“ Nanti kau akan dijodohkan oleh keluargamu, aku gadis kota yang tidak mengerti adat istiadat daerahmu,” tuding Salsabila.
“Aku yang akan menjalani hidupku, bukan orang tuaku , kita jalani sajalah dulu,”pelan sekali suara Andi..
Tapi entah mengapa hati Salsabila, ia merasa semua akan berakhir.
***
“Andi! Umi tidak mau kau menikah dengan salsa, gadis kota tidak akan mengerti adat dan sopan santun, dia akan menghina kita ,” Umi Andi memulai pembicaraan
“salsa gadis baik, penurut dan cantik serta berpendidikan Umi, “ jawab Andi
“Tidak Andi, Umi sudah memilihkan Nurasyiah anak Pak Lurah dan telah mengkhitbahnya untukmu, minggu depan kau harus menikahinya, kami tidak meminta uang serupiahpun darimu, yang penting kau tidak bersama anak kota itu, ini yang sepadan untukmu nak,” Umi
Andi menjelaskan.
Seperti disambar halilintar rasanya kepala Andi mendengar apa yang telah dilakukan keluarganya tanpa meminta persetujuannya. Ia ingat janji dan cinta sejatinya, bagaimana caranya ia menjelaskannya atau bagaimana lari dari masalah yang membuatnya seperti makan buah simalakama.
“ Umi….., Andi sudah katakan, Andi punya pilihan sendiri, cinta Andi hanya ada bersamanya,” jawab Andi. Suasana hening bersama gelapnya malam, semua berbicara didalam hati masing-masing.
Nadya memang bukan gadis rupawan, tapi dia gadis pesantren samalanga, Aceh Utara yang bersahaja, hormat pada orangtua, anak Pak Lurah yang kaya dan dermawan. Andi bangkit dengan rasa kesal, kemudian duduk kembali mendengar suara itu, suara yang hampir renta.
“ Nak, duduklah, Umi sudah tua, sudah renta, sudah dekat menghadap kubur, Umi ingin melihatmu bahagia dan punya keturunan,” keluh Umi Andi.
“Ia Umi , Andi akan menikah, tetapi dengan wanita pilihan Andi sendiri,” jawab Andi agak keras sambil menatap Uminya.
Andi melihat mulai ada tetes air mata dibilur pipinya yang yang tua, Andi menyesal sekali, hingga usianya 28 tahun , ini baru pertama kali ia mengeraskan suara pada Uminya, tapi apa mau dikata, sudah terlanjur.
“Nak, kau sudah ku lahirkan, ku beri minum air susuku, ku besarkan engkau, ku sekolahkan sampai sarjana, kau anak durhaka, tidak pandai membalas budi , kau memberi malu orangtua, Umi akan mati nak, jika kau pilih dia, tinggalkan semua keluargamu, tapi jika kau pilih keluargamu …. tinggalkanlah dia, sumpah Umi Andi.
Sebagai anak bungsu , Andi sangat manja pada Uminya, dan ia tak tega melihat ada air mata Uminya yang menetes, apalagi karenanya, anak laki-laki kesayangan keluarga. Hati Andi menjerit sekuat-kuatnya, tapi tidak ada yang tahu, keinginannya untuk hiduppun hilang sudah, badannya melemah, air matanya juga menetes, hatinya sangat galau. Nun jauh di sebuah kota kecil, di Tanjungbalai, ada gadis yang ia cintai dan sayangi, menunggunya dengan setia atas janji dan harapan masa depan yang indah. Disini ada keluarga yang menyayanginya dan membutuhkannya, antara sakit dan malu kedua keluarga jika ia menolaknya, ditambah airmata orang tuanya yang renta .
“Umi, Andi akan menikahi Nadya,” sahut Andi pelan dan lirih. Uminya menangis dan memeluk Andi hingga Andi tidur di pangkuan Uminya tergores luka yang dalam, dengan harapan yang hancur dan harapan palsu ia tinggalkan pada kekasihnya.
***
“Kau tidak memilihku Andi, orang tuamu tidak mengenalku tapi menilaiku begitu jelek,apa kesalahan yang ku perbuat pada keluargamu,” suara isak tangis Salsabila dari seberang.
“Tidak Salsa, aku tidak memilih tapi hanya mengikuti ketentuan, kamu wanita yang tegar dan kuat Salsa, dunia ini tidak selebar daun kelor, semoga Salsa akan mendapatkan yang lebih baik dari sebelumnya, “ suara Andi yang juga terdengar terisak dari seberang sana. Hp Salsa terlepas dari tangannya, ia terkulai ke lantai, lalu terdiam lemah.
Betapa sakit hatinya, mendengar kejujuran kekasih yang dicintainya jika Andi memilihnya, sejahat itukah Salsa, sejelek itukah Salsa, jika bersamanya Andi akan menjadi anak durhaka, dan menjadi penyebab kematian uminya. Miris, bukankah ini bukannya zaman Siti Nurbaya, tapi mirip kisah sampuraga. Andi menunggu pesta pernikahannya dengan Nadya, sedangkan Salsabila menangis dipangkuan ibundanya. Ia tak percaya lagi pada laki-laki dan kesetiaannya, tinggal memory.
***
Jangan pernah berharap kepada manusia karena semua hanya semu dan hampa, berharaplah selalu hanya kepada Allah maka semua akan menjadi nyata dan indah,” kata batin Salsa pada atma terluka.
Setealah kedua orangtuanya tiada, Salsa mencoba untuk menata kembali hatinya, dengan seorang arsitek muda berbakat, ia mengingat pesan orangtuanya agar Salsa menikah dengan pria yang agamanya berada diatas sunnah. Namun sekali lagi takdir berkata lain, Fikri bukanlah anak Medan yang baru sampai di perantauan, Jakarta telah merubah karakter dan cara hidupnya, cinta dan nafsu telah menyatu bagaikan kuda liar, dari bicaranya dan keinginannya dari jarak yang dipisahkan oleh laut.
Salsa memilih untuk mundur, ia tak ingin menodai cinta suci yang dibalutnya dengan kasih sayang karena Allah. Harga diri dan rasa takutnya kepada Allah mengalahkan cinta yang selama 7 tahun waktunya ia sia-siakan hanya untuk menunggu Fikri. Salsa tidak menyesal untuk semua itu, Ia yakin Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik karena hanya pada Allah saja Salsa mengadukan nasibnya.
Gadis manis ini begitu tegar, walau kata —kata hinaan dan cemoohan yang ia terima, sebab di usia 33 tahun ia belum juga menikah, hanya ia balas dengan senyuman, sebenarnya nyeri di hati, baginya itu adalah perjalanan takdir yang harus ia lakoni sebagai seorang hamba. Salsa begitu ceria hari-harinya, semua tangis atas kegalauannya hanya ia katakan pada Allah di tahajjud malamnya.
“Ya Allah, aku terpesona melihat ketampanan hambamu dengan wajahnya yang tenang, kata-katanya teduh bersendikan keimanan, Abiyyu Izza. Ya Allah jadikan dia imamku, satukan aku dengannya dalam cinta atas namaMU,” doa Salsa. Doa yang tak pernah dilupakan Salsa di setiap tahajjudnya.
Dari kapilah Kabupaten Langkat, wajah Abiyyu Izza selalu mengundang seribu mata padanya, wajah yang teduh penuh simpatik, kulit kuning langsat yang bersih, menambah indahnya goresan kaligrafi kalamullah di jemari Abiyyu. Salsa dan Abiyyu pernah berkenalan tahun lalu, mereka sama-sama punya rasa yang disimpan masing-masing, dan terlepas tanpa komunikasi. Hanya pesan kabar lewat teman.
Banda Aceh dan arena MTQN 2015 ini mempertemukan mereka kembali. Salsa dan Abiyyu membawa nama baik propinsi Sumatera Utara. Hati Salsa selalu berdebar ketika sekilas bertatapan dengan Abiyyu dan keduanya saling menunduk , mereka bukan mahram.
Melalui pesan dari temannya, Salsa bersedia untuk melakukan taaruf dengan Abiyyu setelah acara penutupan MTQN TK Nasional Banda Aceh, hatinya berdebar kencang. Ia menginginkan kemenangan sekaligus cinta di arena ini. Akankah Salsa dapatkan, ia berharap doanya Allah kabulkan.
Suasana Palembang yang hingar bingar, sepontan hening, siapakah yang akan muncul sebagai sang juara yang akan membawa nama baik Indonesia di kancah Internasional. MTQ TK Internasioanal 2015 di Palembang.
“ Burung merpati hinggap ditangan
Bulunya indah jadi hiasan
Berikut mari dengarkanpengumuman
Wahai dewan hakim siapa yang akan menang menuju Palembang,”
Pengumuman peserta terbaik yang akan mewakili Indonesia ke MTQN Internasional 2015 di Palebang , oleh……… …ketua Dewan Hakim MTQ TK Nasional, kami persilakan dengan segala hormat,” suara Master Of Ceremony pada acara MTQ Nasional Banda Aceh Alya Rohali.
Sampailah Ketua Dewan Hakim pada pengumumannya yang terakhir,
“Qoriah terbaik I Dewasa Putri, dengan nilai 433 jatuh pada NPP 09 atas nama AZZAHRA ANGGRAINI SALSABILA, utusan dari Propinsi Sumatera Utara dan mendapatkan hadiah menunaikan ibadah haji,” ketua Dewan Hakim mengakhiri pengumuman
Azzahra Anggraini Salsabila telah berhasil membuktikan dari sebuah kota kecil di Sumatera Utara, jauh dari hiruk pikuk metropolitan, potensi yang diperlihatkan oleh Salsabila membuktikan bahwa kota Tanjungbalai unggul melahirkan dan meningkatkan sumber daya manusia yang terampil dan berkualitas.
Kaget campur bahagia, ketika Salsabila melihat sesosok tubuh kekar yang ada dihadapannya, wajah tenang nan simpatik, tersenyum dan mengucapkan salam untuknya.
“Salsa, sifat dan potensi serta ketegaranmu membuat aku jatuh cinta padamu, jika kau bersedia aku ingin mengkhitbahmu,” permintaan Abiyyu Izza tanpa malu dan ragu. Mungkin selama setahun Abiyyu telah menghapal kata-kata itu dan siap lahir dan batin untuk mempersunting Salsabila.
“Aku bersedia Abiyyu, aku menerimamu atas nama Allah,” balas Salsabila. Sebuah ungkapan cinta yang takjub, penantian panjang , keikhlasan Salsabila, Allah kabulkan.
Doa-doa Salsabila dalam tahajjud cintanya. Abiyyu menyerahkan sebuah bingkisan sepanjang 1 x 2 meter pada Salsabila, berisi kaligrafi yang sangat indah dari Surah Arrahman, dibawah ada tanda tangan penulisnya” ABIYYU IZZA”.Dan di pinggir ada tertulis kalimat, “ untukmu kekasihku AZZAHRA ANGGRAINI SALSABILA, Aku mencintaimu karena Allah. “
Air mata Salsabila, haru menyelimuti jiwanya, Allah kabulkan doanya, ia berharap ayah bundanya akan tersenyum bahagia dari kejauhan, Salsabiila akan membadal hajikan ayah bundanya dengan hadiah yang didapatkannya. Salsabila, Sumber daya manusia terampil berkualitas dan cinta berkualitas sang qoriah.
***