Sehari
Karya : Nur Alfiah
Mendung menuntunku berjalan ke halte. Di sana, aku berdiri dengan beberapa orang. Aku melihat laki-laki berkacamata sedang membaca buku. Kudekati dia dengan maksud menegur.
“Bukunya disimpan dulu!” kataku. dia menatapku lalu kembali membaca bukunya. Merasa tak dianggap, aku menjauh. Namun tanganku dicegah olehnya.
“Mau kuantar?” tanyanya.
Tanpa kusetujui, dia membawaku ke luar area halte.
Di ujung jalan, dia naik ke vespa putih dan mengisyaratkanku untuk ikut naik. Seakan disihir, aku mengikutinya duduk di belakang. Tak lupa aku memakai helm yang dia berikan.
Dia menyalakan mesin lalu mulai berkendara. Lima belas menit, kami sampai di gedung tua. Suara mesin berhenti. Dia turun dan melepas helmnya, demikian aku. Dia menarikku memasuki gedung tua tersebut.
Saat masuk, aku terkejut memandangi banyaknya buku terjajar rapi. Rak-rak buku dimodifikasi sehingga menampilkan kesan elegan. Saat aku terpana, dia kembali menatapku dari samping.
“Ada buku lain yang siap dibaca,” ucapnya mengambil salah satu buku.
“Judulnya Geez and Ann. Terbagi menjadi tiga buku. Yang pertama menceritakan tentang pertemuan dewa kejutan dengan peri kecil,” terangnya lalu memberikan dua buku itu padaku.
“Aku tidak memiliki buku yang ketiga.” Lanjutnya.
“Kenapa?”
“Aku takut dengan ending-nya. Dan buku yang ketiga memiliki akhir yang patah. Aku takut.”
“Bawa kedua buku itu agar menemukan keajaiban. Dan tolong jangan menjadi sepertiku,” lanjutnya.
Aku diam. Jujur, karya Rintik Sedu adalah karya yang kusukai. Namun, aku tidak sempat membelinya.
“Semoga bertemu lagi,” ucapnya.
“Hujannya reda. Kuantar pulang.” Lagi-lagi ia menyihirku.
Sesampainya di rumah, aku membuka buku yang dia beri.
‘Dari Av yang menunggu Al.’ Aku kaget membaca note itu. Ternyata dia Av. Cinta pertamaku.
nralf, 18 Mei 20