Detak waktu menyiulkan pilu
Di malam yang hampir ditenggak tandas
Rata air mukamu menjamah dinding itu
Sebelum berkata, “Bawalah aku!”

Hawa dingin berselimut ingin

Langkahku mengiring raga tak bertenaga

Ada yang kau jaga, katanya

Ditumpuk sesal, nyatanya

 

Demi malam yang bercumbu haru

Bisakah kau seret ragaku menuju pangkuan ayahku?

Riwayat telpon yang berderet kaku itu

Tutup mulutmu! Aku tak ingin dirajai sendu!

 

Baru saja, ia melangkah keluar

Mengapa Kau biarkan ia ditandu, Tuhan?

Baru saja, kurakit harap

Mengapa kau siapkan tombak yang menancap?

 

Habis bibirku diterkam gigi

Menunduk mencengkramkan jemari

Tuhan, surat cintanya belum sempat kubalas

Kau merangkulku, “Sampaikan lewat Jeritan doamu saat malam kandas.”

 

Aceh, 2 September 2021

 

Raisya Nuzulia, si gadis sederhana berdarah asli Aceh ini namanya. Lahir dan bertumbuh di Aceh yang indah dan penuh cerita. Penyuka senyap dan selalu berharap goresan tulisannya hinggap dipangkuan orang yang membutuhkan. Tak ada yang istimewa baginya, selain masakan dan dekapan ibunya.  Tak sungkan berteman, tak ingin membuat kegaduhan. Yuk berteman!
Instagram: raisyanuzulia03
Photo by Evgeny Ozerov on Unsplash