Satu Hari di 2019 (Mania kara)
Namaku Venusa, seorang manusia yang selalu menyalahkan masa sekarang. Waktu dan jarak menyebabkan semua terjadi tidak seperti yang aku inginkan. Saat itu keadaan memaksaku untuk berpisah dengannya, seseorang yang pernah mengisi hatiku dengan rasa yang sama.
Kemudian, Jarak terbentang jauh dan kami tak dapat bertemu lagi selama bertahun-tahun. “Venusa, kau sendirian lagi disini?” Seseorang menghentikan lamunanku di depan kolam buatan taman Rumah Sakit Merkurius. “Iya.” Aku tersenyum tipis untuk menanggapi pertanyaan temanku itu, Raka.
“Sampai kapan Nusa kamu akan terus seperti ini, sudah hampir 11 tahun kamu selalu menunggu dan orang yang kamu tunggu tidak pernah datang?” Ku lihat raut wajahnya sangat mengkhawatirkanku. Setelah itu, ku tersenyum tipis lagi. “Aku baik-baik saja Rak, kamu jangan mengkhawatirkanku.” Kuminum minuman soda kaleng yang ku bawa.“Venusa.” “Ya?” “Ayo kita menikah.” Ucap Raka tiba-tiba. “Apa? Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu?”
“Aku tidak mau melihat hidupmu seperti ini, kau perempuan baik yang ku kenal, mungkin aku tidak bisa meneruskan masa lalumu, tapi aku ingin kamu memiliki masa depan yang lebih baik. Menikahlah denganku!” Raka menyentuh tangan kananku setelah ia ikut duduk di bangku taman yang sejak tadi kududuki. Aku kembali tersenyum tipis dan menatap mata Raka. “Rak, aku baik-baik saja kamu tidak perlu mengorbankan dirimu untuk seorang perempuan yang tidak bisa terlepas dari masa lalu sepertiku.” “Aku serius.” “Aku juga serius Raka, aku baik-baik saja.”
“Terserah kamu mau atau tidak besok aku akan ke rumah ayah dan memintanya untuk menjadikanmu istriku, aku pergi dulu.” Raka meninggalkanku di tempat ini.“Kapan kau akan datang Lang. aku sungguh merindukanmu.” Tidak terasa air mata ini kembali turun dan suara tangisku semakin keras mewarnai sepinya taman rumah sakit ini. Sebagian besar pasien yang sedang mencari udara segar di taman memperhatiakanku yang menangis semakin keras, tapi aku tidak peduli, aku hanya ingin Langit. Aku bukan pasien tapi rasa-rasanya ingin menjadi pasien di rumah sakit ini, menghambiskan waktu dengan obat agar seluruh rasa sakit dan rindu ini terobati. (Waktu)
Kami bukan sepasang kekasih yang putus atau pun musuh yang saling memusuhi. Kami hanya dua orang yang tak sengaja kenal di lembaga pendidikan yang sama. Kami terikat, ralat, sepertinya hanya aku yang terikat oleh perasaan tanpa ujung ini.Aku hanya ingin dia datang dan memberitahuku ujung dari alur cerita ini.
Aku harus berhenti menunggu atau terus mengharapkan dia yang akan datang dan menamatkan cerita dengan indah bersama.Raka sore itu menemuiku lagi di taman rumah sakit. “Venusa!” Aku menghadapkan tubuhku padanya, ada seorang lain yang ia bawa. Aku melihat seseorang itu dan ia juga melihatku.
Kami terdiam cukup lama, sampai Raka menginterupsi pikiranku. “Venusa, aku tidak bisa menyelamatkan mu jika tidak dengan cara ini. Sekarang ia kesini untuk membantuku membebaskanmu.” Aku ragu untuk mendekatinya, aku takut jika apa yang ku lihat adalah mimpi.“Tidak kamu tidak bermimpi, aku Langit.”“Apa kau benar Langit?”“Iya.” Ia tersenyum tipis kepadaku, mataku tak lepas dari mata yang sangat ku rindukan itu. Aku bahagia, sangat bahagia hingga semuanya berubah ketika “Berhenti mengharapku Sa!” Itu kata terakhir Langit sebelum langkah itu benar-benar pergi menjauhiku. Hari itu adalah 2 Januari 2019, tepat di tahun ke-dua belas aku berdiam di taman rumah sakit ini, dan sekarang aku sudah tahu alur terakhir dari cerita ini.
Simak cerita lainnya di Instagram Omah Karya Indonesia atau Klik di Sini.