Komunitas yang bertujuan untuk memberdayakan setiap individu untuk terus berkarya dalam membangun bangsa Indonesia. Komunitas ini berfokus pada berbagi ilmu tentang literasi dan wirausaha.
Sebenarnya aku tidak tahu bagaimana harus memulai cerita ini, apalagi menginspirasi. Karena aku merasa tak ada kisah menarik yang bisa ku ceritakan kepada orang banyak tentang diriku (perjuangan, kelebihan, kebaikan). Pada dasarnya aku adalah orang biasa yang tak mengerti bagaimana caranya berjuang dan melawan hawanafsu (bahasa kids jaman now itu MAGER).
Sebelum memasuki cerita hidup ku, ada baiknya kamu harus mengetahui bagaimana aku sebenarnya. Aku bukan orang yang tercipta istimewa (tapi aku merasa istimewa), aku mempunyai banyak kekurangan bahkan tak terhitung. Malas (apalagi belajar), suka ngaret, gak komit sama tujuan, suka deadline, dan menghabiskan waktu luang dengan hal yang unfaedah yaitu main gadget, dan terutama itu tiduuur, ngelakuin hal-hal yang bener-bener cuma buat ngehabisin waktu yang seharusnya aku gunain buat hal yang lebih bermanfaat. Itu beberapa hal yang buruk dari aku (sebenarnya sih masih banyak hehe). Jika kamu tidak puas dengan cuplikan ini, maka kamu harus mengenalku secara langsung, agar kamu bisa menilainya sendiri (udah kaya ajang cari jodoh ya).
Waktu SD aku itu gak tau gimana caranya belajar, belajar itu harus ngapain aja sih? Menghafalkah? Atau hanya sekedar membaca materi yang dibahas disekolah. Jujur, waktu itu aku benar-benar tidak tau apa itu belajar, bahkan sampai aku tamat SD pun aku gak tau gimana caranya belajar (Tapi kok aku lulus SD ya?). Jadi gimana nih kalau aku disuruh belajar sama orang tua aku pas deket ujian? Ketika aku disuruh belajar aku paling benci banget, nunggu teguran terakhir dan kira-kira si bapak udah mulai berasap telinganya (haha nggak deng, canda) baru aku beranjak untuk belajar. Karena menurut aku belajar itu ngebosenin dan hanya ngehabisin waktu aku. Kenapa aku katakan demikian?
Karena pada saat itu, belajar atau tidaknya aku tetap sama aja, gak ada efek yang wah dalam hidupku. Sehingga pada saat aku kelas III atau V (udah agak lupa sih) SD, besoknya aku ada ujian dan otomatis orang tua pasti selalu menyuruh anaknya belajar kan ketika waktu ujian tiba, dan ketika aku disuruh belajar, aku masuk ke kamar dengan membawa salah satu buku matapelajaran yaitu sains, lalu aku menutup pintu kamar (kesannya biar gak keganggu). Tapi, tahukah kalian apa yang aku lakuin dikamar? Aku cuma buka-buka bukunya aja, lihat-lihat gambar, dibaca juga sih (walaupun dikit), tapi gak nyambung ke otak, sengaja lama-lama di kamar biar dikira belajar beneran (Hina banget kan aku udah bohongin orang tua aku). Tibalah waktu ujian, disana materi-materi yang aku baca tadi malam gak ada yang keluar sama sekali, kalaupun keluar paling cuma satu, dan itupun point nya kecil. Nah, dari sinilah mindset aku tentang belajar jadi bertambah buruk, tingkat kemalasan untuk belajar pun semakin tinggi, karena aku mikirnya waktu itu, belajar atau tidaknya aku tetap bisa jawab soal ujian ya walaupun kebanyakan mengarang bebas (Ini gak baik ditiru ya). Karena itulah aku tak ingin mengenal jauh apa yang dimanakan belajar.
Namun, ketika aku sudah memasuki tingkat SMP, aku merasa tertarik dengan yang namanya belajar. Aku mulai bertanya-tanya dengan teman ku yang dari SD nyampe sekarang selalu jadi juara, dia pun menjelaskan apa itu belajar dan cara ia belajar dirumah. Tapi, aku belum paham juga dengan kata belajar itu, meskipun ia sudah menjelaskannya. Aku masih saja menjadi bocah yang anti dengan belajar. Hingga suatu hari aku memutuskan untuk memulai mempraktekkan apa yang dikatakan dengan belajar. Mungkin ini sekitar akhir-akhir semester satu SMP. Waktu itu kelas ku akan mengadakan ulangan (=MID), dan gurunya lumayan killer lah, otomatis gak mau kan kalau nilainya jelek, sementara temen yang lain nilainya bagus. Jadi malamnya aku belajar, aku ualngi pelajaran yang pernah beliau ajarkan dan mencoba untuk memahaminya. Saat hari yang ditunggu tiba, ternyata hampir rata-rata yang aku baca masuk semua ke ujian itu (senengkan pastinya). Nah, mulai dari sinilah aku mengerti apa yang dimaksud dengan belajar, yang udah 6 tahun lebih aku gak tau apa makna sebenarnya dari kata belajar.
Ternyata belajar itu asyik, apalagi jika kamu mendapatkan hasil yang bagus dengan kerja keras mu sendiri, semua itu akan berbeda rasanya dengan kamu yang ketika ujian melihat punya teman mu, rasa kepuasan yang datang di dalam diri kita itu akan berbeda antara hasil sendiri dan hasil orang lain. Semenjak itu aku mulai belajar, menjadi yang lebih baik (walaupun banyak realita yang tak sesuai dengan tujuan awal), tapi aku harus tetap menghargai usaha diriku.
Waktu pun terus berjalan, hingga tiba waktu ujian nasional (UN). Kebiasaan buruk masih terbawa hingga masa ini, ketika UN belajarnya cuma system SKS (Astaghfirullah, kapan aku tobatnya ini), ditambah les sore menjelang beberapa bulan sebelum UN dilaksanakan. Saat itu aku punya mimpi untuk melanjutkan sekolah di SMA favorit di kota ku yaitu SMAN 1 Kuala Tungkal (masih mimpi). Hingga saat nilai keluar, dan ternyata hasilnya ya cukup-cukup gitu aja sih, aku mulai gak yakin nih sama nilai aku buat daftar di SMA itu. Karena aku takut gak diterima, jadi aku daftar di dua sekolah yaitu, SMAN 1 Kuala Tungkal dan SMAN 1 Betara. Semua berkas udah disiapin dan diantar, dan ada satu berkas yang diminta aslinya, sementara berkas itu hanya satu.
Pendaftaran SMAN 1 Kuala Tungkal lebih dulu dibuka, jadi semua berkas termasuk berkas yang satu tadi aku antar ke sana. Namun, ketika aku mendaftar di SMAN 1 Betara data aku gak lengkap, karena satu berkas tadi udah aku antar ke Tungkal. Salah satu panitia penerimaan siswa baru di SMA Betara bilang “Berkas yang ini mana?” (dengan polosnya aku menjawab) “Berkas yang itu udah ada di SMAN 1 Kuala Tungkal bu, nanti kalau pengumumanya gak lulus saya ambil berkasnya bu” (gilak, sekolah mana coba yang mau dinomor dua kan, eneteng banget mulut ane ngomong ya), lalu ibu itu pun menjawab “gak bias dek, nanti datanya itu dikirim di pusat, kalau data adek ada di dua sekolah nanti bisa bermasalah” (gak tau ini ibu beneran atau cuma nakut-nakutin aku). Yaa karena takut, plus gak yakin sama nilai kalau bakal di terima di SMAN 1 Kuala Tungkal, dengan berat hati aku putuskan untuk memilih SMAN 1 Betara. Pada waktu itu aku bener-bener nangis, ngurung diri dikamar, ngerasa kesal sama diri sendiri, pokoknya kacau bangetlah, berasa jalan hidup aku itu hanya sebatas ini (rada alay bung), sementara teman ku yang lain bisa sekolah disana, ditempat yang mereka impikan.
Tapi, seiring waktu berjalan aku sangat menikmati sekolah di SMAN 1 Betara yang jaraknya tak cukup jauh dari rumahku. Banyak hal-hal yang aku temukan disana, baik teman-teman yang baik, guru-guru yang menginspirasi dan para penjual kantin yang ramah. Aku belajar banyak hal disini, sehingga aku mengerti kehidupan yang sebenarnya itu bagaimana. Aku duduk di kelas X4 kala itu, ada beragam karakter sifat teman yang ada di dalam kelas ku, tapi dibalik itu semua mereka adalah orang-orang yang baik. Disini aku menemukan guru favorit ku, yaitu Pak Asep, beliau adalah guru matematika (yang sebenarnya jurusan aslinya kimia) yang telah mengajarkan aku matematika dari dasar hingga aku mengerti cara mengerjakannya. Aku sangat bersyukur bisa dipertemuan dengan guru yang seperti ini, selain itu pak Asep adalah orang yang baik dan tulus dalam memberikan pembelajaran kepada siswanya (menurut aku).
Setelah melalui banyak proses dari awal hingga diterima disana, tibalah waktu ujian. Alhamdulillah semua berjalan lancar hingga tiba waktu penerimaan hasil ujian ( yang biasa di sebut dengan penerimaan raport). Hal ini tak pernah ku sangka, bahkan tak pernah terlintas di benak ku, sungguh aku tak pernah merencanakan ini. Namun, kenyataan berkata demikian. Alhamdulillah aku mendapat juara 1 (satu) di kelas ku, kala itu aku merasa bahagia karena ini merupakan awal yang bagus pikir ku (bukan bermaksud untuk sombong).
Seperti biasa, setelah menerima raport kita liburan. Kalau tidak salah liburan kala itu adalah bulan ramadhan. Dan entah mengapa kala itu saat hari lebaran saya bertemu dengan pakde saya, dan ia bertanya “Gimana? Jadi pindah ke SMAN 1 Kuala Tungkal?” (sebelumnya memang pernah cerita kalau pengen pindah sekolah). Dan saya pun hanya tersenyum malu mendengar pertanyaan itu. Hingga suatu hari ketika saya di sekolah, saya mendapat telfon dari ibu saya dan ia menanyakan tentang berkas-berkas yang saya simpan. Dan ternyata itu untuk mengurus surat pindah ku. Waktu itu rasanya campur aduk, ada seneng dan sedihnya juga. Ini bener-bener kejutan yang Allah berikan untukku.
Dari kejadian-kejadian ini aku mulai berpikir, bahwa sebenarnya Allah itu mendengarkan doa-doa yang kita pinta setiap hari. Namun, cara ia mengabulkan doa tersebut tidak seperti yang kita inginkan, karena Allah jauh lebih paham apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Dulu ketika dekat-dekat ujian nasional setiap sholat mintanya pengen ke sman 1 Kuala Tungkal, tapi Allah gak langsung kasih kesempata itu, Allah berikan jeda waktu dulu. Mungkin dari kejadian ini, Allah menginginkan aku untuk belajar terlebih dahulu bagaimana kehidupan di SMA Betara, yang dulunya dengan berat hati aku terima. Tapi setelah aku pindah dan menjalani beberapa hari di sekolah baru ku, ternyata memang beda kehidupan di kota dan di desa meskipun hanya sebatas 30 menit saja dari rumahku. Disini aku merasakan sekali tujuan Allah tidak langsung mengabulkan doa ku. Dan ia memberikan yang aku pinta di waktu yang tepat.
Percayalah bahwa Allah tak pernah tidur, Allah itu selalu adil kepada setiap hamba-Nya asalkan kau ingin bersabar. Scenario kehidupanmu sudah ada yang menentukan, namun jangan pula kau lalai. Allah lebih mengetahui mu dibandingkan dirimu sendiri dan percayalah bahwa ketentuan Allah lah yang terbaik.
Biodata
Nama ku adalah Agustina Eka Saputri, aku lahir tepat pada tanggal 01 Agustus 2000 di Kuala Tungkal, Jambi. Sebenarnya aku tak hobi menulis, bahkan tak tau bagaimana cara menulis. Namun, ketika aku SMA (saat itu aku duduk di kelas XI), aku dipaksa temanku untuk mengikuti lomba tulis artikel antar kelas, karena pada waktu itu diwajibkan bagi setiap kelas untuk mengirimkan peserta dalam setiap lomba. Kala itu aku sungguh tidak tahu bagaimana cara menulis artikel, yang pertama karena aku belum diajarkan bagaimana menulis sebuah artikel, dan yang kedua aku tidak mengenal banyak tentang dunia penulisan. Aku pun gagal dalam perlombaan itu, karena tak memiliki pengalaman dan fakir ilmu. Namun ketika aku duduk dikelas XII, pihak sekolah mengadakan kembali lomba tulis artikel antar kelas dalam rangka memperingati bulan muharam. Aku pun tertarik untuk mengikuti perlombaan itu, karena kami telah mempelajari bagaimana penulisan itu selama dikelas XI. Aku pun mempersiapkannya dengan matang, mencari dari berbagai sumber tentang tema yang telah ditentukan, dan pada akhirnya usaha yang ku lakukan tidak sia-sia, Alhamdulillah aku mendapat juara satu dalam perlombaan itu. Sejak saat ini keinginan ku untuk lebih memahami dunia penulisan semakin meningkat dan ketertarikan itupun muncul hingga saat ini, meskipun belum ada yang pernah terbit.