Perasaan Terpendam dari Cerita yang Tak Kunjung Usai

Oleh : Nurfadilah

Prolog

Apa sih itu cinta?

Berbicara masalah cinta, tentu teman-teman sudah tahu, ‘kan? Ya, Memang cinta sudah lumrah dalam perbincangan masyarakat, terlebih dikalangan remaja seperti kami ini. Cinta memang sudah menjadi santapan jiwa-jiwa muda. Seperti halnya yang sedang kurasakan. Bolehkah aku menyebutnya cinta? Ah, entahlah. Awalnya aku tidak menyukainya. Aku hanya menganggapnya teman biasa. Tapi, lama-kelamaan perasaan itu muncul dengan sendirinya karena sering bertemu dan kami memang satu kelas rasa ini tumbuh secara perlahan. Apakah Dia juga punya perasaan yang sama denganku? Apa dia juga menyukaiku? Atau hanya aku yang menyukainya sementara Dia punya wanita lain di relung hatinya? Entahlah, perasaannya adalah miliknya.

Aku masih SMK, punya sahabat namanya Revan dan Adhelia. Singkat cerita ternyata kami terlibat cinta segitiga karena ternyata sahabatku Adhelia juga menyukai lelaki yang sama denganku. Tapi aku memilih memendam perasaanku. Karena, aku takut melukai hatinya. Sementara Revan sendiri aku tak tahu. Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya. Apa dia menyukaiku atau menyukai Adhelia? Entahlah, atau bahkan ada wanita lain di relung hatinya.

Perasaan terpendam

Semua orang memiliki perasaan, namun dalam penyampaiannya ada banyak tipe di dalam masyarakat, aku tipikal wanita yang suka memendam perasaanku sedalam mungkin agar orang lain tidak mengetahuinya. Bukan hanya itu, aku selalu bersikap biasa saja seakan cuek dan tidak peduli, padahal di relung hati ini menyimpan banyak rasa untuk seseorang, sengaja aku pendam karena aku takut, aku takut jika hanya aku yang menyukainya, aku takut sakit hati dan kecewa.

Oh iya perkenalkan namaku Angelina Sabilah Putri Mawardah. Lumayan panjang, ‘ kan? Aku kerap di sapa Bilah jika di rumah dan sekolah. Tapi it’s okey kalian mau memanggilku apa saja terserah kalian selagi itu nyaman. Sekarang aku sekolah di SMK Tunas Bangsa kelas Sebelas IPA Dua, sekarang aku di Kalimantan Timur, jadi we nanti ceritanya ala-ala gitu ya. Soalnya pake bahasa sendiri, nanti tinggal translate aja kalo kada ngerti. Pembawaan ceria, aktif dan senyum manis selalu aku bawa menemani hariku. Kesukaanku adalah menghalu, ngarang cerita sesuai imajinasiku, masa bodo orang mau bilang apa yang penting we senang dan bahagia.

Hari ini minggu, biasanya aku cuman di rumah sih. Guringan sampai magrib kadang pusing kepala juga. Hadeh dasar aku generasi rebahan. Jreng notifikasi dari hpku, dalam hatiku ngomel, siapa sih? Ganggu aja orang mau rebahan. Udah tahu hari minggu masih aja WA aku. Pas aku buka ternyata adhelia yang WA. Ada apa ya?

“Hai,” sapa Adhelia.

“Hai juga,” sapaku.

“Kamu tahu gak? Tanggal sembilan Revan ulang tahun loh!” Katanya dengan semangat.

“Oh ya?” Balasku biasa saja.

Sejujurnya jauh sebelum Adhelia mengabariku, Aku sudah tau kalo tanggal sembilan Revan ulang tahun. Aku terbiasa menstalking FB, WA dan IG serta akun lainnya. Di sana ada tertera kapan dia lahir. Aku juga sudah menghayal jauh, berharap kalo pas dia ulang tahun potongan kue pertamanya tuh dikasi ke aku. Dasar memang aku, ngehalu aja kerjaannya, iya kalo dia ngasih aku, kalo aia ngasih orang lain kan bikin nyesek hati.

Ehh lupa malah mengkhayal.

“Kamu mau ke sana nanti?” tanyaku.

“Emang kita diundang?” Balasnya balik bertanya.

“Gak tahu sih, oh ya sudah kalo gitu aku mau tidur dulu, ganggu aja kamu hahahha,” balasku mengejek.

Kuakhiri pesan WAku dengannya dengan alasan tidur. Tidak lama setelah itu hpku pun bunyi lagi. Ish siapa sih? Ganggu aja, orang mau rebahan, guringan sambil menghalukan Sang Pangeran Revan hehe. Dengan perasaan malas kubuka ternyata notif dari Revan.

“Assalamu’alaikum, datang ya hari senin acara ulang tahunku jam tujuh malam, ajak adhel juga!” isi pesannya.

“Wa’alaikumussalam, iya,” balasku.

Segera ku wa Adhelia.

“Eh Dhel, Revan ngundang kita jam tujuh malam, datang kamu sekalian jemput aku ya!” kataku melalui pesan WA.

“Iya kah? Asiikkk, ok kalo gitu, kamu siap-siapnya sebelum jam lima, Kamu kan lama banget tuh. Bisa nyampe jam sepuluh kita kalo kamu siap-siap sebelum jam tujuh. Yang ada kita belum nyampe orang-orang pada bubaran,” ocehnya panjang kali lebar kali tinggi

“Iya,” balasku singkat.

Ya kali aku siap-siap jam lima, yang ada make-upku luntur, nanti kecantikanku tidak terlihat di depan camer alias “calon mertua”. Bil-bil sadar oi ya kali kamu ngehalu mulu. Udah ah we mau tidur, terus bangunnya besok pagi aja. Wkwkwkwk.

Hari senin, nah kan bener apa we bilang, we bangunnya besok nah ini baru bangun pas jam sepuluh, tadi malam tuh we mimpi Revan datang sama we terus kayak jemput gitu, dia bawa we kedepan terus kenalin we sama kedua orang tuanya kemudian ngumumin keorang-orang kalo hari ini, jam ini, detik ini juga we resmi jadi pacarnya dia, apa gak senang ini hati, ndak lama kok ada suara panci diketok, ehh pala we kejedot ujung tempat tidur. Apa sih namanya tuh? Kalo di sini we nyebutnya sudut sih. Eh sorry yah aye memang suka bicara ala-ala gitu. Kita kembali ke cerita awal.

Pagi ini aku disibukkan dengan pemilihan baju yang akan aku pakai nanti malam, kebiasaanku berjilbab tidak menyulitkanku dalam pemilihan busana. Karena aku tidak perlu repot-repot menata rambutku sedemikian rupa agar sesuai dengan baju yang kukenakan. Gamis navi lengkap dengan jilbabnya menjadi pilihanku, aku memang terbiasa dengan warna kalem dan gelap. Katanya pakaian kadang mencerminkan kepribadian, tapi aku tak terlalu percaya itu, karena biarpun penampilanku selalu dihiasi dengan warna kalem tetap saja aku suka ngoceh, ngereceh dan menghalu. Gak ada kalem-kalemnya kalo sudah ketemu sama teman. Setelah selesai pemilihan baju aku bergegas ke kamar mandi, sebentar lagi akan ada gojek yang menjemputku ke mall buat beli kado untuk sang pangeran.

Begitu banyak pilihan barang yang memanjakan mata, aku sampai bingung kado apa yang akan kuberikan untuknya, selama ini dia selalu terlihat tampan karena memang dia anak orang kaya beda denganku yang sederhana saja. Aku memilih ke tempat Alquran, sengaja aku memilih berbeda dengan yang lain pastinya dengan kado yang lebih mahal, berharap dengan Alquran Dia lebih dekat dengan Sang Pencipta dan memintaku pada-Nya untuk menjadi pendamping hidup serta partnernya menuju janah.

Sekitar pukul enam setelah selesai salat magrib aku bergegas mengganti pakaianku dengan setelan gamis yang telah kupilih tadi pagi, dengan polesan bedak tipis ditambah lip tint agar tak terlihat pucat menambah kesan imut dan manis diwajahku, rupanya aku cantik juga ya, tidak lama klakson motor berbunyi pertanda Si Dhel-dhel sudah datang. Rumahnya tidak terlalu jauh sih, hanya saja kami berangkat cepat supaya bisa akrab dan menyesuaikan tempat dan keluarga serta teman-teman kami di sana.

Sesampainya di sana aku dikejutkan oleh pemandangan yang tidak biasa, sungguh menyayat hati. Revan, lelaki pujaanku tengah duduk berdua dengan seorang wanita cantik, senyum merekah dari bibir manisnya pertanda ia senang. Apa itu wanitanya? Betapa hancurnya hati ini. Perasaanku memang kupendam sendiri dan inilah resikonya, terluka sendiri tanpa ada yang tahu, perempuan di sebelahku pun tak kalah syoknya denganku, memang dia sangat menyukai Revan, bahkan terang-terangan dia menceritakan perasaannya terhadap Revan kepadaku tanpa dia sadari bahwa aku terluka oleh curhatannya karena aku juga menyukainya. Kita menyukai lelaki yang sama.

Sampai di sini, aku memilih terus memendam perasaanku semampu dan sekuat tenaga yang kubisa. Kuberlari dari sana, menjauh sejauh mungkin. Kini hanya aku dan perasaanku. Begini sakitnya jika memilih memendam perasaan sendiri, terluka dan terus terluka. Sampai saat ini pun aku tidak tahu bagaimana perasaan Revan terhadapku.

Bionarasi

Namaku Nurfadila, asli orang bugis dan suka berbicara, hampir setiap hari Aku berbicara entah apapun itu. Terkadang orang yang berada di sekitarku lelah dengan hobiku yang satu ini. sekarang Aku di Kalimantan Timur, bingung mau bilang apa, kalo mau kenal dekat bisa sapa saya di ig @dhillah.id khusus untuk cewek saja ya. Terima kasih, mohon kritik dan sarannya supaya penulis lebih semangat lagi dan lebih baik kedepannya.

Mari baca cerpen FRIENDZONE lainnya!