Oleh : Lea Fathra Azha Nabiela

Akhir-akhir ini, tren menulis mulai ramai diminati. Terutama setelah digalakkannya gerakan literasi oleh presiden Jokowi, menulis dinilai sebagai hobi murah yang menghasilkan. Tentu saja, karena banyak sekali ajang menulis gratis dengan hadiah elegan.
Bagi penulis pemula seperti Saya, hal ini tentu sangat menggiurkan. Bayangkan saja, dengan menekuni hobi yang nyaris tanpa modal, kita bisa mendapatkan hasil yang lumayan.
Namun, hal itu tak berlaku menurut sejumlah penulis senior. Ada anggapan yang mengatakan bahwa dengan sekedar menulis kita tak bisa menjadi kaya. Selain tidak mudahnya mempublikasikan buku atau karya di negara yang memiliki predikat baca rendah seperti Indonesia, saat ini semakin marak beredar proyek antologi atau menulis bersama.
Jenis karya buku seperti antologi ini, tidak akan menghasilkan pendapatan yang signifikan. Mengapa? Bayangkan saja, bila sebuah buku ditulis oleh 50 orang penulis, maka keuntungannya akan dibagi 50 orang tersebut. Belum lagi jatah bagi penerbit dan media publisihing. Maka tentu hasilnya akan sangat kecil.
Dalam lomba yang memiliki hadiah besar pun, tentu akan muncul persaingan ketat antar penulis. Dengan demikian, anggapan bahwa dengan menulis tidak akan kaya, ada benarnya juga.

Disinilah mindset penulis harus diubah. Menulis untuk berbagi, adalah jawabannya. Jika kita bertanya-tanya, ‘kok bisa nulis buat berbagi?’. Jawabannya adalah ‘Tentu saja bisa!’.

Pada awalnya, hal ini memang terlihat sepele dan bahkan mustahil. Maklum saja, menulis terkadang hanya dipandang sebagai hobi yang notabene hanya bisa dinikmati sendiri. Contoh terdekat adalah yang Saya lakukan, yaitu menulis hanya untuk mengisi waktu kosong.
Dengan menulis, nyatanya kita bisa berbagi dengan sesama. Prinsipnya sangat sederhana, yaitu tulislah hal yang baik dan memberi dampak positif. Mulai dari pengalaman, hal-hal disekitar, sosial eksperimen, cerita fiksi, pengetahuan dan banyak lagi.
Bungkuslah tulisan tersebut dengan hal yang menarik, sehingga para pembaca bisa ikut terbawa dalam tulisanmu. Ingat, bahwa sebaik-baik manusia, adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. Jadi, kalau kamu merasa tak punya harta, kuasa, atau kekuatan apapun untuk menebarkan manfaat, maka menulis bisa menjadi salah satu cara berbagi kebaikan bagi sesama.
baca juga : https://omahkaryaindonesia.com/mewujudkan-impian-melalui-tulisan/
Banyak sekali penulis yang sudah menerapkan prinsip ini, misalnya para penulis yang mengabdikan dirinya demi majunya gerakan literasi. Umumnya mereka menciptakan platform gratis agar masyarakat luas mau bergabung didalamnya.
Terkini, bukan hanya melalui dunia nyata seperti perpustakaan keliling atau bakti sosial saja, namun jangkauan dunia maya yang semakin luas pun kini kian dinikmati. Dibentuknya grup obrolan di media social seperti Facebook, WhatsApp, Line, Instagram, Telegram, atau yang lainnya, juga memiliki dampak dan manfaat besar dalam mewujudkan niat, menulis untuk berbagi.
Bukan hanya itu, para penulis senior pun juga mengajak para penulis pemula untuk melakukan proyek menulis sambal berdonasi. Sistemnya adalah, dengan melakukan proyek pembuatan antologi. Dengan terjunnya penulis senior yang lebih dikenal masyarakat, otomatis karya yang dibuat dan dibukukan akan lebih laku terjual dipasaran.
Dalam proyek ini, para penulis tidak akan mengambil laba sedikitpun. Semua hasil penjualan akan di donasikan. Contohnya adalah menulis untuk membantu korban bencana di Palu dan Donggala, serta menulis untuk korban kanker pada hari kanker internasional kemarin.
Dengan menerapkan tujuan ‘menulis untuk berbagi’, maka menulis bukan hanya dijadikan sebagai hobi, namun juga ladang amal dan pahala. Karena apapun yang kita lakukan, semua berawal dari niat.