Cinta yang kandas oleh keyakinan yang berbeda
Hatiku Yang Pernah Patah
Oleh: Frisca Ningtyas
Memang benar jika waktu mampu mengubah segalanya, termasuk hatiku. Bahkan mampu membuktikan jika pelangi setelah hujan badai itu memang ada. 
Seperti hidupku, yang kini dihiasi oleh pelangi setelah air mata menghujani hari-hariku. 
Dalam diamku, ketika menikmati rintihan hujan yang membasahi bumi. Di kala senja telah menepi, terbesit kenangan menyakitkan yang pernah kulalui.
Meski awalnya untuk melepas dia tidaklah mudah. Namun nyatanya, hatiku yang patah itu kini telah sembuh, bahkan lebih tangguh. Aku yang mencintainya karena Allah dan ingin mengajaknya melangkah bersama untuk meraih surga, dia tolak dengan cara yang menyakitkan.
Kejadian yang tidak bisa kulupakan. Malam yang menjadi saksi hatiku yang patah. Dan bulan yang mendengarkan cerita rahasia itu, masih sangat terekam kuat di memori otakku.
Setelah hampir 2 tahun lamanya dia menghilang bak di telan semesta.
Malam itu ada notif dari Gilang, laki-laki yang selama ini kutunggu. Kukira dia akan meminta maaf atas harapan yang telah lama dia gantung.
Ternyata malah sebaliknya. Dia menghadiahi aku luka yang mendalam.
Dengan seenaknya dia memintaku untuk meminta maaf kepada Bagas temannya, atas tindakan yang tidak pernah kulakukan. Aku dianggapnya telah menuduh temannya menyebarkan berita palsu jika dia berselingkuh.
Aku memang pernah menghubungi Gilang tiga bulan yang lalu. Karena salah satu temanku si Nadia, mendapat kabar jika Gilang sudah kembali dengan masa lalunya, alias balikan, dan info ini dia dapat dari Bagas teman dekatnya Gilang.
Saat itu hatiku mulai takut, namun aku sudah ikhlas jika memang kenyataannya akan pahit. 
Aku menanyakan pada Gilang apakah yang terjadi memang benar, jika dia sudah balikan, karena jika memang benar aku tidak apa.
Itu artinya dia tak sanggup melewati tembok penghalang kita. Namun saat itu si Gilang sama sekali tidak membalas pesan dariku. Setelah kejadian itu aku sedikit demi sedikit untuk belajar mengikhlaskannya. Aku sudah pasrah pada Allah Sang Maha Adil.
Jika memang keadaannya sudah seperti itu aku bisa apa, selain ikhlas dan yakin akan ada pengganti yang lebih baik untukku. Jika dia memang tidak sanggup melewati tembok penghalang itu, aku juga tak mungkin bisa memaksa.
Karena ini urusannya dengan keyakinan dan keimanan ,meski niatku baik dan tulus.
Aku pun berusaha menjelaskan kesalah pahaman yang ada pada Gilang dan aku. Dan niat tulus yang kumiliki untuk mengajaknya mengenal islam, agar dapat meraih surga bersamanya.
Namun balasan yang kuterima sungguh diluar dugaan.
Baca juga
Dia yang dulunya begitu lembut, saat itu menjadi sangat kasar. Aku yang tak bisa mendengar kata-kata kasar seketika tak bisa menahan air mata yang membasahi pipiku. Dia membuat keadaan seolah-olah aku yang salah, aku yang menuduhnya selingkuh karena aku sudah memiliki tambatan hati yang baru.
Kata-kata yang dia lontarkan sangat membuatku tertekan, hingga aku memutuskan melepasnya. Bahkan rasaku telah musnah seketika. Aku menangis bukan karena dia ada yang baru. Aku sungguh tidak apa, jika dia memang tidak sanggup melewati tembok itu, aku tidak memaksa. Namun kata-katanya yang memutar balikkan keadaan menjadi aku yang salah, tidak bisa kuterima.
Emosiku pecah kala itu. Hatiku menjerit tidak sanggup menahan luka di hati. Dan aku sempat marah pada keadaan.
Bagaimana tidak, aku yang sabar menunggunya untuk siap mengenal islam. Karena dia telah berhasil membuatku percaya akan keseriusannya ternyata salah. Aku yang terlalu mencintainya sampai ingin mencapai surga bersamanya, dan rela menunggunya siap, malah berakhir dengan derai air mata juga sakit hati.
Beberapa hari setelah kejadian itu aku masih menyimpan luka dan air mata setiap kali bersimpuh pada Sang Pencipta. Aku meminta jawaban atas apa yang terjadi padaku dan Gilang. Berdoa agar di beri kekuatan dan keikhlasan untuk melepaskannya.
Hingga akhirnya derai tangisku itu berubah menjadi lukisan pelangi yang indah. Hatiku perlahan mengerti jika dia memang bukan yang terbaik untukku.
Dan aku benar-benar bisa ikhlas atas apa yang terjadi. Aku merasa itu adalah ujian, apakah aku akan memilih cinta atau agamaku. Dan hadirnya dalam hidupku hanyalah sebagai pembelajaran, bukan untuk di persatukan.
Ini dia karya OKI yang lain
Setelah kejadian itu aku telah memutuskan untuk tidak ingin terjadi hal yang sama. Aku memang telah memaafkannya, namun trauma itu masih saja menjadi momok kekecewaan yang mengerikan. Jadi aku tak ingin lagi romansaku berakhir dengan derai air mata.
Aku akan memperjuangkan cintaku dengan cara yang Allah ridhoi. Selalu memperdalam ilmu agama, dan meningkatkan ibadahku. Agar nanti yang datang adalah laki-laki terbaik yang akan mampu menuntunku dan menggandengku ke surga. Bukan yang datang untuk menghiasi, lalu pergi tanpa permisi.
 IG:  @friscaningtias
Ingin membaca lebih banyak karya OKI, yuk di buka