Alam Semakin Menangis.

Andaikan Pohon Adalah Wifi

Hutan tropis Indonesia adalah rumah dan persembunyian terakhir bagi kekayaan hayati dunia yang unik. Keanekaragaman hayati yang terkandung di hutan Indonesia meliputi 12 persen species mamalia dunia, 7,3 persen species reptil dan amfibi, serta 17 persen species burung dari seluruh dunia. Selain itu hutan tidak terlepas dengan berbagai pohon yang tumbuh di dalamnya.

Namun, akhir-akhir ini begitu banyak kerusakan hutan di tanah air yang cukup memprihatinkan. Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang. (wwf.or.id. diakses 21 Jan 2017). Hal tersebut menunjukan begitu banyak pohon yang mati pula.

Perusakan hutan sebagai bentuk vandalisme besar. Dalam hal ini vandalism berarti pengerusakan yang dilakukan secara sengaja, baik dalam bentuk iseng saja maupun dengan tujuan untuk sebuah keuntungan. Kerusakan hutan terjadi karena tangan-tangan jail manusia.


Dalam penentuan siapa pelakunya, seringkali yang dikambinghitamkan adalah masyarakat kecil. Masyarakat perkotaan seringkali menganggap masyarakat kecil yang berdiam di sekitar hutan tersebut sebagai penyebab kerusakan. Hal ini wajar karena masyarakat di kota, belum melihat lebih jauh fakta di lapangan. Masyarakat kecil dalam hal pengerusakan sering kali hanya sebatas pembukaan lahan pertanian baru, pengambilan kayu bakar dan pembuatan tiang-tiang untuk bangunan rumah.
Sebenarnya masyarakat sekitar hutan pun juga merawat hutan. Sebagai contoh, kita bisa melihat masyarakat yang ada di Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir. Masyarakat disana menolak keras terhadap pembabatan hutan yang ada di sekitar Tele. Dengan alasan bahwa hutan adalah sumber kehidupan bagi masyarakat desa. Seperti sumber air untuk diminum, mengairi lahan persawahan, juga sebagai tempat pengambilan ramuan-ramuan tradisional yang digunakan sebagai obat alami. (http:// ksppm.org/hutantele1. Diakses 21 Jan 2017)

Perusakan hutan tak hanya dilakukan masyarakat area hutan, namun perusahan pun tak segan membabat pohon untuk kepentingan bisnisnya. Begitu banyak perusahaan yang merusak hutan untuk dijadikan lahan bisnis dengan berbagai motif. Berbagai motif pengerusakan tersebut misalnya konversi hutan menjadi lahan ekspansi sawit, pengerukan bahan tambang, pengolahan bubur kertas (pulp) dan sebagainya. Dengan peralatan canggih seperti alat berat tentunya dengan modal raksasa hanya dapat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Celakanya proyek raksasa ini juga sering berjalan tanpa memperhatikan Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Posisi masyarakat sekitar hutan justru menjadi korban.

Pohon dan Kota

Pohon-pohon tidak hanya di hutan. Pohon pun bisa ditemui di kota, apalagi di pedesaan. Buku Bertamasya ke Hutan Gede Begug Mahardika mengisahkan, anak-anak telah menanti-nanti saat pergi berlibur ke desa Kembang Sari. Desa ini masih menyatu dengan alam yang masih utuh (2007:11). Desa dan pohon adalah persenyawaan tak terpisahkan.Walaupun di kota terdapat pohon, namun jumlahnya sangatlah sedikit. Banyak lahan perkotaan ditanami oleh gedung-gedung pencakar langit. Rumah-rumah berhimpitan tak menyisakan tempat untuk kehidupan pohon-pohon. Pohon hanya punya hak hidup di tempat yang telah ditentukan. Pohon-pohon harus berbaris rapi di pinggir-pinggir atau tengah jalan. Selain itu tidak sembarangan pohon bisa hidup di sana. Pohon-pohon hidup sedikit sejahtera tatkala berada di ruang terbuka hijau, hutan kota, atau taman kota

Pada musim hujan, pohon di kota sering dianggap berdosa jika dirinya roboh dan menimpa rumah-rumah, mobil, menghalangi jalan, memutus aliran listrik, apalagi jika sampai membunuh manusia. Pohon-pohon di kota: dipuja dan dicela. Masyarakat kota seolah masih kurang peduli terhadap pohon.
Andaikan pohon adalah Wifi, yang dapat dimanfaatkan untuk berselancar internet. Semua orang di setiap rumah tentu akan menanamnya. Apadaya pohon hanyalah sumber oksigen yang kurang diperhatikan. Sampai kapankah manusia terus merusak hutan, tak mempedulikan pohon bahkan membunuh pohon-pohon ? Pohon sejatinya adalah temen hidup manusia yang harus dirawat. Pohon mampu memberikan oksigen untuk kehidupan di dunia ini. #Shine fromĀ https://seputarduniamahasiswa.com/

Semoga bermanfaat.

#omahkaryaIndonesia